Dra Muliati, Bu Guru SMAN 1 Harau yang Pernah 12 Tahun Jadi Dosen di Tanah Papua

Bagikan

LAPORAN : RANDI

50 KOTA,- Sosok bu guru yang satu ini, patut diacungi jempol. Kenapa tidak, bukan hanya soal kecerdasan, pandai, dan berwawasan tetapi guru yang berparas cantik ini ternyata kaya akan pengalaman. Tidak hanya soal mengajar di sekolah saja, melainkan ada pengalaman yang mungkin tidak dimiliki oleh guru-guru kebanyakan. Dra Muliati, itulah namanya.

Guru yang saat ini mengajar di SMAN 1 Harau itu, ternyata pernah menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi yang jaraknya mencapai ribuan kilometer dari kampung halaman di Koto Alam, Kabupaten Limapuluh Kota.

“Dulu memang pernah jadi dosen di Universitas Muhammadyah Sorong, Papua. Itu selama 12 tahun,” kata wanita kelahiran kelahiran 1967 itu.

Menjadi seorang pengajar, adalah cita-cita Muliati sejak kecil. Apalagi bisa membagi ilmu yang dimiliki ke banyak orang, merupakan kebanggaan tersendiri baginya. Sehingga, untuk bertugas di tanah Papua yang terkenal sebagai daerah zona merah itu, tidak melemahkan semangat dirinya untuk tetap mengajar disana.

” Tahun 1989 pernah mengajar di Padang dan 1993 mengikuti suami yang terdampar mengajar di SMK Negeri Sorong Papua. Kemudian 2000 mulai mengajar sebagai dosen mata kuliah Bahasa Indonesia dan Penulisan PTK untuk mahasiswa,” katanya.

Memiliki ilmu untuk mata kuliah Bahasa Indonesi, tidak instan didapat Muliati. Dirinya juga pernah mengenyam pendidikan di IKIP Padang Jurusan Bahasa Indonesia menjelang tahun 90-an.

Selama menjadi dosen, dirinya pernah dipercaya oleh kampus disana sebagai menerima hibah dari Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti) . Dari hibah tersebut, bermanfaat banyak bagi Muliati sebagai batu loncatan untuk memperdalam ilmu Bahasa Indonesia yang dimiliki.

Dari sana juga, berbagai hasil karya Muliati juga diterbitkan oleh sejumlah kampus termasuk jurnal saat dirinya mengikuti hibah Dikti. Seperti Jurnal Pendidikan Makassar.

Setinggi-tinggi terbangnya bangau, pulangnya tetap ke kubangan juga. Begitulah yang dirasakan Muliati bersama keluarga. Sudah belasan tahun berkarir di rantau orang, akhirnya Muliati rindu akan kampung halaman.

Pada tahun 2013 Muliati dan keluarga pulang kampung ke Kabupaten Lima Puluh Kota. Selama di kampung, dirinya mengajar sekolah unggulan, sekolah favorit Lima Puluh Kota di SMAN 1 Harau.

Di SMAN 1 Harau Muliati sebagai guru membimbing. Ia juga mengajar di beberapa ekstrakurikuler. Antaranya pada jurnalistik, debat, cipta dan baca puisi, dan film pendek.

Selama di kampung halaman, Muliati tak pernah berhenti untuk menulis. Waktu luang saat mengajarkan dimanfaatkan untuk menulis. Berkat kegigihannya itu, 7 tahun di SMAN 1 Harau, Muliati mampu membawa sekolah tersebut juara disetiap lomba. “Alhamdulillah mengantarkan siswa ke tingkat provinsi lomba debat, cipta dan baca puisi. Sedangkan film pendek hanya di tingkat kabupaten,” kata Muliati.

Selain itu, selama di Lima Puluh Kota, dirinya juga berhasil meraih berbagai penghargaan. Seperti Penghargaan Olimpiade Guru Nasional tahun 2016 tingkat kabupaten, Guru Pretasi tingkat kabupaten tahun 2018.

Kini, Muliati juga dipercaya sebagai Ketua MGMP Bahasa Indonesia Lima Puluh Kota, sebagai pengurus MGMP Bahasa Indonesia Provinsi Sumbar. Selain, itu juga menjadi pengurus di Asosiasi Guru Bahasa Indonesia (AGBSI) Provinsi Sumatera Barat.

Berikut karya tulisan Muliati, seperti buku “Surat Cinta Cik Gu” (Kumpulan Puisi), “Pahitnya Sebuah Perjanjian” (novel), dan “Gembira Belajar dengan Mind Mapping” (pelajaran).

Karya buku antologi di antaranya “Gurindam Pancasila, Doa Bagi Ibu Pertiwi yang Berkabung, Jurus Daring Anti Garing, Berani Mengajar Siap Belajar, The Power of Kepekso, Menyemai Renjana Memendar Senjana, Mudita Lega, Webinar Bersinar.

Di media cetak lokal Sumbar pun, tulisan guru yang satu ini juga sering diterbitkan. Seperti “Menumbuhkembangkan Karakter Anak”, “Berpikir HOTS dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia”, dan “Teknik Bernyanyi

Ada juga tulisan berupa arikel. Yaitu “Pembelajaran Daring Anti Garing” dan “Telegram Salah Satu Solusi PJJ” terbit di Majalah Literasi Indonesia. “Alhamdulillah, semuanya berkat tekat dan belajar sungguh-sungguh,” katanya lagi. (*)

Bagikan